Metrotvnews.com, Jakarta: Di
tengah desakan untuk mundur atau diturunkan, PSSI malah ramai-ramai
mengkambinghitamkan wasit Andre El Haddad. Padahal, Ketua Umum
PSSI Djohar Arifin Husin menjadi pihak yang paling bertanggung jawab
atas pembantaian Indonesia dari Bahrain 0-10 di laga terakhir
kualifikasi Pra Piala Dunia 2014 putaran ketiga zona AFC Grup E, Rabu
(29/2) malam. Betapa tidak, keegoisannya menyebabkan pelatih
Aji Santoso hanya boleh membawa pemain dari Indonesian Premier League.
Pemain kawakan seperti Bambang Pamungkas dan Firman Utina dilengserkan
hanya karena mereka bermain di Indonesia Super League yang dicap
ilegal. Padahal di pertandingan lain, Safee Sali (Pelita Jaya)
masih diturunkan Malaysia di laga persahabatan kontra Filipina. AFC
pun masih memperbolehkan timnas menggunakan pemain ISL, namun PSSI
sendiri yang menolak karena hanya mementingkan ego dan mengedepankan
semangat balas dendam atas segala sesuatu yang berbau rezim lama.
Hasilnya, laga baru berjalan dua menit ketika kiper sekaligus
kapten Samsidar diberi kartu merah oleh wasit Andre El Haddad. Dalam
laga itu, El Haddad memberi empat penalti ke tuan rumah, dua di
antaranya masuk lewat eksekusi Ismail Abdul Latif (5') dan Mahmood
Abdulrahman (34'). Sementara delapan gol lainnya diciptakan
Mohammed Al Alawi (15', 60', 65'), Sayed Dhiya (62', 82', 90+4') dan
gol kedua Abdulrahman (41') serta Abdul Latif (71'). Ini
merupakan kekalahan terburuk yang pernah diderita timnas sepanjang
masa setelah dibungkam Denmark 0-9 di Kopenghagen pada 3 September
1974. Sedangkan kekalahan terbesar Indonesia di penyisihan Piala Dunia
adalah pada 2010 ketika dibekuk 0-7 oleh Suriah. Bukannya
meminta maaf kepada seluruh rakyat Indonesia, Djohar malah sembunyi
dan lari dari tanggung jawab. Hingga kemarin sore, ponselnya tidak
aktif dan dia tidak hadir di sekretariat PSSI. Ia dikabarkan masih
berada di Bahrain dan hanya mengeluarkan pernyataan ke beberapa media
saja. Namun ia pun tak merasa bersalah, apalagi menyatakan
bertanggung jawab atas kekalahan ini. Mantan staf ahli Menpora itu
justru mengkambinghitamkan kepemimpinan wasit. "Kasihan anak-anak,
permainan mereka dirusak wasit sepanjang permainan," kilah Djohar.
Sikap tak ksatria bukan hanya ditunjukkan Djohar. Anggota
komite eksekutif PSSI yang membawahi timnas Bob Hippy juga dengan
lantang menyalahkan kinerja wasit. "Kita kalah karena wasit.
Saya dengar cucu raja bilang, 'Kita (Bahrain) akan menang 8-0'. Saya
jadi bingung, maksudnya apa?" ujar Bob. Pernyataan itu
sedikit-banyak dipengaruhi ketegangan yang sempat terjadi ketika laga
berlangsung. Pelatih Aji Santoso yang telah dikartu merah wasit tidak
mau meninggalkan tempat duduknya meski sudah diminta secara tegas oleh
ofisial keempat Radwan Ghandour. Sikap Aji ini sempat
menghentikan laga beberapa menit. Pelatih Bahrain Peter Taylor sempat
emosi dan berusaha menghampiri bench Indonesia karena menilai Aji
mengulur waktu pertandingan, namun sempat dicegah Ghandour dan
direktur timnas Bahrain Mohammed Saad sehingga ketegangan lebih lanjut
bisa dihindari dan laga bisa dilanjutkan. Aji sendiri menolak
datang ke konferensi pers seusai laga dan hanya diwakilkan oleh
Asisten Indra Syafri. "Jika pertandingan berjalan normal, hasil akhir
tentunya akan berbeda. Apa yang terjadi di awal pertandingan
memberikan pengaruh besar terhadap tim," ungkap Indra seperti dilansir
Alwasat News. Di sisi
lain, Bahrain pun tak mendapat tiket ke putaran keempat karena di laga
lainnya Qatar menahan imbang Iran 2-2. Meskipun demikian, pelatih
Qatar Paulo Autuori meminta AFC menginvestigasi laga Bahrain kontra
Indonesia tersebut terkait dugaan main mata. "Ada sejumlah hal
aneh di pertandingan Bahrain. Karena itu, AFC perlu melakukan
investigasi atas hasil tersebut," ujar Autuori dilansir Al Watan. (MI/RIZ) lil boosie|anon|bcs bowl games|big brother 13|mayweather vs ortiz
tengah desakan untuk mundur atau diturunkan, PSSI malah ramai-ramai
mengkambinghitamkan wasit Andre El Haddad. Padahal, Ketua Umum
PSSI Djohar Arifin Husin menjadi pihak yang paling bertanggung jawab
atas pembantaian Indonesia dari Bahrain 0-10 di laga terakhir
kualifikasi Pra Piala Dunia 2014 putaran ketiga zona AFC Grup E, Rabu
(29/2) malam. Betapa tidak, keegoisannya menyebabkan pelatih
Aji Santoso hanya boleh membawa pemain dari Indonesian Premier League.
Pemain kawakan seperti Bambang Pamungkas dan Firman Utina dilengserkan
hanya karena mereka bermain di Indonesia Super League yang dicap
ilegal. Padahal di pertandingan lain, Safee Sali (Pelita Jaya)
masih diturunkan Malaysia di laga persahabatan kontra Filipina. AFC
pun masih memperbolehkan timnas menggunakan pemain ISL, namun PSSI
sendiri yang menolak karena hanya mementingkan ego dan mengedepankan
semangat balas dendam atas segala sesuatu yang berbau rezim lama.
Hasilnya, laga baru berjalan dua menit ketika kiper sekaligus
kapten Samsidar diberi kartu merah oleh wasit Andre El Haddad. Dalam
laga itu, El Haddad memberi empat penalti ke tuan rumah, dua di
antaranya masuk lewat eksekusi Ismail Abdul Latif (5') dan Mahmood
Abdulrahman (34'). Sementara delapan gol lainnya diciptakan
Mohammed Al Alawi (15', 60', 65'), Sayed Dhiya (62', 82', 90+4') dan
gol kedua Abdulrahman (41') serta Abdul Latif (71'). Ini
merupakan kekalahan terburuk yang pernah diderita timnas sepanjang
masa setelah dibungkam Denmark 0-9 di Kopenghagen pada 3 September
1974. Sedangkan kekalahan terbesar Indonesia di penyisihan Piala Dunia
adalah pada 2010 ketika dibekuk 0-7 oleh Suriah. Bukannya
meminta maaf kepada seluruh rakyat Indonesia, Djohar malah sembunyi
dan lari dari tanggung jawab. Hingga kemarin sore, ponselnya tidak
aktif dan dia tidak hadir di sekretariat PSSI. Ia dikabarkan masih
berada di Bahrain dan hanya mengeluarkan pernyataan ke beberapa media
saja. Namun ia pun tak merasa bersalah, apalagi menyatakan
bertanggung jawab atas kekalahan ini. Mantan staf ahli Menpora itu
justru mengkambinghitamkan kepemimpinan wasit. "Kasihan anak-anak,
permainan mereka dirusak wasit sepanjang permainan," kilah Djohar.
Sikap tak ksatria bukan hanya ditunjukkan Djohar. Anggota
komite eksekutif PSSI yang membawahi timnas Bob Hippy juga dengan
lantang menyalahkan kinerja wasit. "Kita kalah karena wasit.
Saya dengar cucu raja bilang, 'Kita (Bahrain) akan menang 8-0'. Saya
jadi bingung, maksudnya apa?" ujar Bob. Pernyataan itu
sedikit-banyak dipengaruhi ketegangan yang sempat terjadi ketika laga
berlangsung. Pelatih Aji Santoso yang telah dikartu merah wasit tidak
mau meninggalkan tempat duduknya meski sudah diminta secara tegas oleh
ofisial keempat Radwan Ghandour. Sikap Aji ini sempat
menghentikan laga beberapa menit. Pelatih Bahrain Peter Taylor sempat
emosi dan berusaha menghampiri bench Indonesia karena menilai Aji
mengulur waktu pertandingan, namun sempat dicegah Ghandour dan
direktur timnas Bahrain Mohammed Saad sehingga ketegangan lebih lanjut
bisa dihindari dan laga bisa dilanjutkan. Aji sendiri menolak
datang ke konferensi pers seusai laga dan hanya diwakilkan oleh
Asisten Indra Syafri. "Jika pertandingan berjalan normal, hasil akhir
tentunya akan berbeda. Apa yang terjadi di awal pertandingan
memberikan pengaruh besar terhadap tim," ungkap Indra seperti dilansir
Alwasat News. Di sisi
lain, Bahrain pun tak mendapat tiket ke putaran keempat karena di laga
lainnya Qatar menahan imbang Iran 2-2. Meskipun demikian, pelatih
Qatar Paulo Autuori meminta AFC menginvestigasi laga Bahrain kontra
Indonesia tersebut terkait dugaan main mata. "Ada sejumlah hal
aneh di pertandingan Bahrain. Karena itu, AFC perlu melakukan
investigasi atas hasil tersebut," ujar Autuori dilansir Al Watan. (MI/RIZ) lil boosie|anon|bcs bowl games|big brother 13|mayweather vs ortiz
No comments:
Post a Comment